Konsultan Pajak Jakarta – Layoff Bukan Akhir Dunia: Bedah Hak, Kewajiban, dan Pajak di Balik PHK
Lo pernah ngerasa tiba-tiba dapet email dari HR jam 4 sore, isinya “Kita perlu bicara besok pagi”?
Yup, that kind of email. Yang bikin dada sesek, perut mules, dan kepala langsung muter mikirin “gue salah apa ya?”
Dan gak lama, datanglah kata yang paling ditakuti banyak pekerja: layoff.
Tapi real talk ya — di era sekarang, layoff udah bukan hal yang aneh. Dari startup gede sampai perusahaan mapan, banyak yang ngerem operasional karena tekanan ekonomi, shifting market, atau sekadar “efisiensi.”
Tapi yang sering banget gak dibahas: gimana sih nasib karyawan dari sisi hukum dan pajak setelah kena layoff?
Karena ya, kehilangan kerja itu satu hal. Tapi ngerti hak dan kewajiban lo setelah itu? Itu survival skill yang penting banget.
Hak Karyawan yang Kena Layoff: Lo Gak Cuma Ditinggal Begitu Aja
Oke, let’s start with the basics. Berdasarkan UU No. 11 Tahun 2020 (Omnibus Law Cipta Kerja), UU No. 6 Tahun 2023, dan UU No. 13 Tahun 2003, karyawan yang kena PHK tetap punya hak penuh atas kompensasi.
Dan itu bukan bonus — tapi kewajiban hukum perusahaan.
Beberapa hak utama yang wajib lo dapetin:
- Uang Pesangon.
Besarannya tergantung masa kerja lo. Kalau baru kerja di bawah 1 tahun, dapet 1 bulan upah.
Tapi kalau udah 8 tahun lebih, bisa dapet 9 bulan gaji penuh. Gak main-main. - Uang Penghargaan Masa Kerja (UPMK).
Ini bentuk “terima kasih” formal dari perusahaan buat lo yang udah loyal lebih dari 3 tahun. - Uang Penggantian Hak (UPH).
Termasuk sisa cuti tahunan, ongkos balik ke kampung halaman, penggantian biaya perawatan, dan hal-hal lain yang diatur di kontrak kerja. - BPJS Ketenagakerjaan.
Lo bisa klaim Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).
FYI, JKP ini lumayan banget, bisa bantu lo bertahan beberapa bulan sambil nyari kerja baru. - Surat Keterangan Kerja (Paklaring).
Dokumen underrated tapi krusial buat apply kerjaan baru.
Dan ya, semua hak ini bisa dan wajib lo tagih. Karena kalau perusahaan gak ngasih, lo bisa bawa ke Dinas Ketenagakerjaan atau Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).
Rinciannya Emang Ribet, Tapi Nih Gampangnya
Berikut rumus simpel yang sering dipake buat ngitung kompensasi PHK (berdasarkan Pasal 156 UU 13/2003):
Masa Kerja | Uang Pesangon |
---|---|
< 1 tahun | 1 bulan gaji |
1 – < 2 tahun | 2 bulan gaji |
2 – < 3 tahun | 3 bulan gaji |
3 – < 4 tahun | 4 bulan gaji |
4 – < 5 tahun | 5 bulan gaji |
5 – < 6 tahun | 6 bulan gaji |
6 – < 7 tahun | 7 bulan gaji |
7 – < 8 tahun | 8 bulan gaji |
> 8 tahun | 9 bulan gaji |
Dan buat UPH, kalau gak dihitung detail, biasanya nilainya diset sekitar 15% dari total pesangon + UPMK.
Kewajiban Karyawan Setelah Kena PHK: Lo Tetep Punya Tanggung Jawab
Banyak yang mikir begitu kena layoff, selesai udah urusannya. Tapi realitanya, masih ada beberapa hal yang harus diberesin biar gak ribet di belakang:
- Selesaikan pekerjaan terakhir lo.
Kadang masih ada tanggungan, report, atau file yang harus lo serahkan. - Balikin aset perusahaan.
Laptop, kartu akses, kendaraan dinas, semuanya harus dikembalikan. Jangan sampe ada drama “barang hilang” di akhir. - Lapor pajak (SPT Tahunan).
Meskipun lo udah gak kerja, penghasilan yang lo dapet dari pesangon tetap harus dilaporkan di SPT pribadi. - Urus BPJS dan klaim JKP sendiri.
Karena perusahaan cuma ngurus sampai status lo nonaktif. Sisanya, lo yang follow up.
Nah, Sekarang Kita Ngomongin Pajak: Apakah Pesangon Dikenai Pajak?
Short answer: iya.
Pesangon itu dianggap penghasilan sehubungan dengan pekerjaan sesuai UU No. 36 Tahun 2008 dan PMK No. 16 Tahun 2010.
Tapi… kabar baiknya, pesangon dikenai PPh 21 Final — alias pajak yang udah selesai di potong di depan, dan lo gak perlu lapor ulang sebagai penghasilan biasa.
Tarifnya progresif, tergantung jumlah total kompensasi yang lo dapet.
Dan sistemnya udah jelas banget diatur dalam UU HPP terbaru.
Jadi, kalau perusahaan lo beneran comply, mereka bakal ngasih:
- Bukti potong PPh 21 Final
- Slip pesangon
- Surat kerja (paklaring)
Lo tinggal simpen buat arsip SPT tahunan.
Sisi Lain: Tanggung Jawab Perusahaan Itu Gak Main-main
Di sisi lain, perusahaan juga gak bisa semena-mena.
Kalau mereka mau PHK karyawan, wajib:
- Kasih surat pemberitahuan minimal 14 hari sebelum PHK.
Biar lo punya waktu buat prepare, bukan dipecat mendadak kayak ghosting. - Bayar kompensasi sesuai UU.
Gak bisa “nego” seenaknya. Aturan udah fix. - Kasih dokumen resmi:
Bukti potong PPh 21, surat kerja, dan laporan ke Disnaker.
Kalau mereka ngelanggarnya?
Bisa kena denda administratif, gugatan PHI, bahkan audit pajak.
Dan trust me, itu bukan hal yang perusahaan mau hadapi.
Real Talk: Layoff Emang Nyesek, Tapi Bisa Lo Putar Jadi Kesempatan
Layoff tuh kayak breakup yang gak lo minta.
Awalnya chaos, penuh tanda tanya, tapi pelan-pelan lo sadar… mungkin ini saatnya move on ke bab baru.
Tapi sebelum mulai hal baru, pastiin lo beresin hak lo dulu. Jangan cuek sama administrasi, jangan males ngurus BPJS, apalagi pajak.
Karena di dunia profesional, reputasi administratif itu penting banget.
Punya catatan pajak yang rapi dan status legal yang bersih bisa jadi modal kuat buat langkah berikutnya. Apalagi kalau lo mau mulai bisnis sendiri, atau kerja di perusahaan yang lebih besar.
baca juga
- Pajak Jasa Maklon yang Sering Ke-skip Sama Pebisnis
- Peran Penting PJAP Buat Era Baru Pajak Digital
- Meterai Bukan Stiker Lucu, Bro!
- Apakah AI Training Data Kena Pajak?
- Pajak IoT Data
Kesimpulan
Layoff itu bukan cuma tentang kehilangan pekerjaan.
It’s about knowing your rights, playing smart, dan ngatur transisi hidup lo dengan kepala dingin.
Lo punya hak atas pesangon, penghargaan masa kerja, dan jaminan sosial.
Tapi lo juga punya kewajiban buat lapor pajak dan beresin tanggung jawab lo.
Dan ingat — pajak atas pesangon itu final. Artinya, kalau perusahaan udah potong sesuai aturan, lo gak perlu takut bakal ditagih lagi.
Yang penting, lo tahu posisi lo di sistem. Karena di dunia kerja modern, pengetahuan hukum & pajak tuh bukan cuma urusan HR — tapi bentuk self defense buat tiap pekerja.
Jadi, next time lo denger temen cerita soal kena layoff, jangan cuma bilang “Sabar ya bro.”
Tanyain juga: “Lo udah dapet pesangon dan bukti potong PPh 21-nya belum?”
That’s how you care — not just emotionally, but financially.